Kurikulum 2013


Kurikulum 2013
Karya : Fami Widya Pangestika
Pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi globalisasi. Sekolah menengah atas adalah jenjang yang sangat dinanti untuk menentukan perguruan tinggi mana yang akan dimasuki siswa. SMA terbaik tentu salah satu media yang dapat menghantarkan siswa masuk ke perguruan tinggi favorit. SMAN 10 Samarinda atau biasa dikenal SMARIDASA, adalah sekolah unggulan yang terdapat di Kalimantan Timur. Penerimaan peserta didik baru 2013 menjadi angkatan 17 SMARIDASA. Pada tahun ini pelajar Indonesia harus mengalami tantangan baru yaitu menyesuaikan diri terhadap kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Setelah harus melewati UN dengan 20 paket, angkatan 17 SMARIDASA harus menerima kurikulum 2013 yang menimbul pro dan kontra di kalangan pelajar.
 Sesuai dengan pernyataan mantan mentri pendidikan Muhammad Nuh, kurikulum 2013 dikembangkan dengan tujuan sebagai bekal untuk mengahadapi tantangan masa depan meliputi arus globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan masalah lingkungan hidup. Yang kedua untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan  rinci atau menjelaskan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, dan untuk membentuk karakter siswa dan kekreatifitas serta keaktifan siswa. Metode pembelajaran kurikulum 2013 yang diterapkan di SMAN 10 Samarinda mengalami reaksi keras oleh siswa kelas x. Sistem pembelajaran full day adalah masalah utama yang dihadapi siswa. Siswa beranggapan sistem full day tidak efektif karena saat pelajaran siang siswa mulai tidak konsentrasi, selain itu siswa tidak bisa belajar di malam hari karena terlalu lelah dengan kegiatan seharian, dan siswa juga tidak bisa membagi waktu untuk mencuci pakaian. Karena siswa mayoritas berasrama sehingga harus menyelesaikan pekerjaan dengan mandiri. Pada kenyataanya saat pembelajaran siswa banyak yang mengantuk sehingga tidak fokus dengan pelajaran.
Selain sistem full day, sistem pembelajaran yang menuntut siswa harus aktif juga masih menjadi kendala bagi siswa karena siswa harus mepelajari materi pembelajaran terlebih dahulu karena guru hanya menuntun, tidak memberi tahu secara rinci yang bertujuan untuk memacu keingitahuan siswa untuk mencari referensi secara mandiri. Metode itu dianggap sulit oleh siswa karena para siswa memiliki keterbatasan kemampuan dan waktu untuk mencari referensi. Peran guru di sekolah hanyak menjadi fasilator materi juga menyulitkan siswa dalam memahami materi pengajaran. Pasokan jatah buku yang minim mmebuat siswa  tidak memiliki buku secara individu karena jumlah buku tidak mencukupi.
Untuk itu, kurikulum 2013 harusnya dievaluasi dengan jelas apakah memberi pengaruh positif atau negatif pada prestasi pelajar Indonesia. Pemerintah harus mengkaji dengan serius penerapan kurikulum ini efektif atau tidak untuk diterapkan pada pelajar Indonesia. Lebih baik pemerintah membenahi atau lebih mengembangkan kurikulum yang lama untuk mencapai target yang diinginkan dan bukan malah menggantinya. Karena belum tentu kurikulum yang baru ini akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 

0 komentar:

Posting Komentar